twitter



BIRU ITU AKU
Karya Rohani

Kalau pada umumnya orang tersenyum karena senang dan menangis karena sedih tidak dengan aku. aku menangis sejadi-jadinya didepan papan besar itu, tak peduli riuh ramai sekeliling.ku loncat kegirangan dan ku teriakan syukur berkali-kali, itu karena hal yang akan aku impi-impikan akan jadi nyata.

Setelah bersaing dengan ratusan peserta akirnya aku lolos seleksi masuk SMA Bakti Husada 17.sekolah ternama didaerahku.
" ini mengagumkan .....kelak aku akan pakai abu-abu putih disini" gumamku dalam hati.

Aku baru tersadar ketika terasa hening disekelilingku, aku jadi pusat perhatian. Semua mata memandangku dengan tatapan aneh...buru-buru ku melangkah pergi malu kalau ada kakak kelas.tapi hal itu tak mengurang sunggingan senyum di bibirku, ku kabarkan berita itu pada bapak, ibu, mas bayu dan mbak eva.
" huch ... apanya yang alhamdulillah buk..buk SMAitu tempat anak gedongan, mau apa tasya masuk sana,pasti bakalan malu ! " kata mbak eva ketus.
Aku hanya diam tak peduli.
" udahlah nduk..adikmu kan pinter pasti bisa menyesuaikan diri.lha emang orang miskin ga boleh nuntut ilmu" ujar ibu membelaku.
" tu........mbak eva ibu, bapak saja mendukung kog." kataku bangga walau dalam hati aku tau disana sarang orang-orang elit berduit dan pasti gaul-gaul.
" ibu bapak ini terlalu memanjakan tasya" balasnya sambil pergi entah kemana.

Mas bayu yang pernah berurusan dengan orang kaya komplek belakang kampung menepuk bahuku.
" semangat sya..!!!!" katanya bijak
Dulu mas bayu pernah naksir anak komplek belakang, habis keluargaku dihina, dicaci maki mereka. itu yang membuat mbak eva anti-pati dengan orang-orang elit itu.yang pastinya bersekolah di bakti husada 17.tapi inikan peluang emas, bahkan aku sudah mengimpi-impikannya sejak masuk SMP dulu.
##

Ini hari pertama ku sekolah setelah 3 hari mengalami mas MOS.
" wahhhh bakti Husada 17 i'am coming" hatiku berdegup kencang memasuki gerbang.ini tempat untuk ku menuntut ilmu sekaligus menggambar masa depanku.
Semua terasa lancar guru-guru baik...temen-teman sekelas juga ramah jauh dari yang aku bayangkan .... walaupun ada satu dua anak yang memandangku sebelah mata. tapi ini tak mengurangi 1% pun semangatku.
" tasya ke kantin yukkkkk..???? ajak vivian teman sebangku ku.
Dan yang lebih menyenangkan lagi ada vivian dn bima mereka anak pejabat tapi sungguh baik, kami selalu bersama. rasanya tak ada hal yang membuatku menyesal masuk Husada 17.setiap pagi serasa ada energi baru ketika ku melangjkahkan kaki, dan semangat itun pun menular pada keluargaku. Bapak jadi lebih rajin bekerja untuk biaya sekolahku. Mbak eva yang dulu ragupun kini lebih semangat dari aku tiap pagi dia membangunkanku.
“ tasya...tasya....bangun, jangan sampai telat sekolah” ujarnya tiap jam setengah lima pagi.
Semua begitu indah akupun menjalani masa sekolah dengam memyenangkan, hal yang selama ini ku takutkan yakni beradaptasi dengan lingkungan baru ternyata tak sesulit yang ku bayangkan. Tak berlebihan rasanya jika aku berfikir “ Tuhan memelukku, walau semua tak sempurna tapi aku bersyukur karna terlahir menjadi Natasya”

Tak terasa satu semester berlalu banyak hal baru di hidup aku ikut berbagai ekskul. renang dan jurnalistik....sekarang aku juga kerja paruh waktu di kafe depan sekolah.
hingga suatu sore.....
"uhhhhhchch..... hati-hati donk mbak, " kata cwok yang belakangan ku tau namanya Bian.
" maaf-maaf saya tidak sengaja," pinta ku
" yaudah ..sana lain kali liat-liat kalau kerja." bentaknya
" maaf “ kataku sambil mem bereskan minuman yang tak sengaja kujatuhkan. walau hatiku sedih...aku memang salah tapi tak perlu segitunyasampai membentakku....gumamku dalam hati.
" ada apa tasy...?" kata bu Ayu manager cafe.
" maaf buk... minuman nya jatuh " jawabku parau
" ya udah kebelakang saja kamu..." putus bu Ayu.
Entah apa perasaanku kacau, hatiku bergeming ada apa ini....???? ku cuba duduk menenangkan diri. tapi hatiku tetap tak karuan.

Tak lama Hpku berdering..
" Ya..mas ada apa? tanyaku pada orang diseberang telepon yang tak lain mas tarjo.
" kamu bisa pulang sekarang tasy..? " jawab mas tarjo
" ada apa tho mas..? ujar ku
"tak da apa-apa kalau bisa pulanglah cepat-cepat, kami menunggumu." katanya
Seterlah ku tutup telpon cepat-cepat ku pamitan dan pulang.malangnya ku menunggu bus tak jua ada, hatiku tak karuan langkah kaki kupercepat ku berlari sepanjang jalan terus ku berdoa semua baex-baex saja..terbayang wajah ayah dan ibu.dan rasa penasaran apa yang terjadi. Diam-diam aku kawatir padda mereka.
Tanpa ku lihat kanan kiri ku ku menyebrang jalan yang ada di pikiranku hanya bagaimana bisa secepatnya sampai di rumah.
namun.....
"AuuCHHCH BRACKK...!!!! sebuah mobil menabrakku dari samping, sepelum akhirnnya pingsan dan tak sadarkan diri masik ku lihat beberapa orang berhamburan, terdengar suara beberapa orang berteriak...dalam sekejap warna-warni itu memudar..suara-suara teriakan itupun perlahan melemah hingga akirnya aku tak sadar lagi.
##

Saat ku sadar aku ada disebuah ruangan bercat biru muda. ku kedipkan mata tergantung infus disampingku.
"Tuhan ini rumah sakit...bagaiman aku bisa disini seharusnya kan aku sudah sampai rumah." kataku dalam hati.Mbak Eva tergopoh-gopoh menyongsongku matanya berkaca-kaca,
“ alhamdulillah.. tasya kamu sadar juga dik...’ katanya sambil memeluk ku erat.
“ mana yang lain mbak? Bapak,ibu, mas bayu mana? Tanyaku setengah asdar.
“ tasya...bapak ibu dirumah, kamu sudah sadar dik...kami mengkhawatirkanmu” kata mas bayu yang muncul dari balik pintu.
“ mbak, mas ..kenapa aku di sisni aku kan harusnya dirumah..kata mas tarjo aku harus pulang...kataku sambil ku mencoba menggerakkan tangan dan kaki tapi.....
“ mbak mas kenapa kakiku berat.....kaki tak bisa bergerak mbak....mas kenapa kakiku? Kenapa mas....’ teriakku histeris.
Air mataku tak pelak keluar mbak eva berusaha menenangkanku, sejurus kemudian doter dan suster berhamburan...
###

Tiga hari berlalu tetapi aku beium sepenuhnya yakin, air mata ku terkadang masih keluar tanpa ku sadari.
“ dik...kata dokter besok pagi kamu dah boleh pulang loe..” cetus mas bayu.
“ iya mas.. tasya juga dah kangen sama bapak, sama ibu..kangen opor ayam bikinan ibu.besok bapak j emput tasya kan ? “ tanyaku penuh harap karna semenjak aku masuk rumah sakit belum sekalipun mereka menjengukku.
“udah..yang penting besok kamu dah boleh pulang..” jawabnya dengan raut muka nanar yang beberapa hari ini menghiasi wajahnya.

Esok pagi mnjelang ....
Hatiku senang dari kejauhan nampak mbak eva tengah berdiskkusi dengan dokter.aku yang belum terbiasa dengan penyangga kaki di bantu mas bayu berjalan menuju parkiran.di depan tlah menungggu Bian.pria yang beberapa hari ini menghibur dan menyemangatiku.katanya ia tak sengaja menabrakku waktu itu, awalnya aku marah tapi lambat laun aku sadar ini bukan salah nya.
“ pagii manies...siap pulang kan?” sapanya sumringah.

Entah apa kalau melihat ia tersenyum hati ku tenang.” Wah enak ya jadi orang sakit serasa jadi tuan putri” candaku pada mereka.
‘hush..apa-apaan kamu ini, jadi manja” cetus mbak eava.

Di perjalanan kami berempat terdiam, kami terhanyut dalam fikiran masinng-masimg.tapi mereka menunjukan raut wajah yang sama, ketika sampai di perempatan.bian menengok mas bayu, seolah menanyakan sesuatu tapi tanpa kata.ketika mobil berbelok mas bayu mengangguk.
“loe..inikan bukan jalan ke rumah, kita mau kemana..? tasya udah kanngen banget sama ibu dan bapak.jalan –jalannya kapan-kapan aja” kataku
Tanpa kata mbak eva merangkulku.rasanya ada yang hilang di dadaku..tapi entah apa.
Di depan sebuah pemakaman mobil berhenti.” Kenapa kita kesini...mas, mbak ayo pulang....mau ngapain kesini...aku mau pulang.’ Kataku pelan sesunggguhnya hatiku kacau..berbagai prasangka menjamah otakku, jangan-jangan...ini kenapa ibu dan bapak tak menjengukku tapi terus ku besarkan hatiku.
Mbak eva menangis, seolah tangisan itu menjadi jawaban ...mas bayu membopongku ke depan nisan yang masih merah.hatiku hancur tak karuan. Rasanya lebih pahit dari ketika aku harus menelan kenyataan kakiku harus lumpuh.
Mbak eva terus menangis, sedang mas bayu terduduk di dekatku.

Setleah ku baca kedua nama di nisan itu,aku melompat tak percaya,berkali- kali ku teriakan kata tidak
“ ini mimpikan...
“ mas ini mimpikan..ku coba bangun dan berlari tapi sial aku terjatuh.mereka berniat menolongku tapi aku menolak.
‘ Tuhannnn...kenapa Tuhan ,Tasya bukan anak nakal,tasya ga bandel,apa salah tasya...kenapa kamu ambil mereka...Tuhan tasya sayang sekali pada mereka,” teriakkku hisreris.terlihat butir kecil menetes dari mata mas bayu juga bian.
Beberapa saat mereka meninggalkan ku sendiri, seolah mereka memberiku ruang untuk menenangkan diri.

Kali ini tak sepatah katapun keluar dari mulutku.ku npeluk kedua nisan itu bergantian.hatiku tetap berdegup kencang rasanya seluruh tulang dan persendianku melemah.
“ tasya hari sudah gelap,” kata bian dari belakang.
“ aku mau di sini “ jawabku
“besok kesini lagi..kapanpun kamu mau aku akan aku antar,kasian mbk dan mas mu sudah menunggu.” Jawabnya pelan dan akirnya dia memapahku ke mobil.
####

Hari-hari teras berat, aku tak beranjak dari kamar ibu.berkali-kali mbak eva membujukku makan atau memintaku untuk sekedar keluar kamar.mas bayu juga berkali-kali mondar mandir melihatku.tapi tak tau kenapa semangat hidupku hilang.

Rasanya semua berbeda. Tidak seperti hari-hari yang lalu sepulang sekolah bian senantisa mampire ke rumah.membawa kan makann atau benda-benda lain yang belum ku sentuh sekalipun.
“ heyyy..” sapanya dari luar jendela.
“ bian..’ jawabku bermalas- malasan
“wahh ga kangen ya ma sekolah..dah 2 minggu loe absent kasihan tu bangku kamu kosong terus.satu lagi minnggu depan da pentas seni di sekolah” ceritanya panjang.
“sekolah..” jawabku
Dulun bisa masuk husada 17 sangat membanggakan,tiap pagi-pagi ibu membangnkanku, bapak membersihkan dan mengelap sepeda minilku.mas bayu hampir setiap pagi berkta...” cwex amnies sekolah ya...” katanya dengan mata berbinar dan aku tak pernah melupakannya... aku slalu bersemangat ketika pagi menjelang.yang ada di fikirankuaku ingin bapak dan ibu bangga padaku. Tapi kini...bukannya aku malu atau takut..tapi aku tak mau dikasihhani,aku ga mau dipandang dengan pandangan iba.

Butir-butir kecil itu bderdesakan di pelupuk mata,
“ ini juga karna aku..’ katanya sambil menarikku keluar kamar.
“ kita mau kemana.. hari ini aku sedang tak ingin ke makam”kataku padanya.
“ mbak mas aku ijin ajak tasya keluar sebentar ya? Izinya pada kedua kakakku.
“ ya ian...kamu harus menghirup udara segar dik..byar pikuran kamu lbih tenang.” Jawab mbak eva sambil tersenyum

Lihat itu...............! tunjuknya keatas hamparan langit.
“ langit..ada apa? Jawabku polos
“langit itu tetap biru..sehabis hujan ia tetap biru, bahkan lebih biru walau kadang mendung ia tetap biru,walau kadang matahari tak bersinar ia akan tetap menjadi langit biru.ia manarikku lagi tapi kali ini lebih pelan.udara sore menerpa kami di tepi pantai..
“ lihat itu..!” pintanya sambil menunjuk laut lepas
“ laut..?” kata ku penuh tanya
“ laut biru tepatnya..walau jauh di sana banyak buih,,tapi lihat dari sini tetap birukan? walau ada pasang dan badai ia akan tetap membiru..lihat ia tetap biru” katanya penuh wibawa

Aku menatapnya lekat.
“ tasy..kamu tetap kamu apapun yang terjadi,katanya tepat di telingaku.

Kata-kata itu terus aku bawa hingga malam menjelang, ku pikirkan hal-hal yang terjadi belakangan ini, kata-kata bian menyadarkanku betapa bodohnya aku yang terpuruk dalam sedih. Bergegas ku temui mbak eva dan mas bayu yang sedang bercengkrama di teras.
“ mbak sedih bapak pergi?”mas bayu sedih ga ibu pergi..” tanyaku penuh harap akan jawaban mereka. Mas bayu memeluk dan mengusap lembut rambutku.
“ pastilah tasya.” Jawab mas bayu
“ kalau mbak...? ku alihkan pandangku pada mbak eva.
‘ sama seperti yang kamu dan bayu rasakan,mereka bukan Cuma orang tua tapi mereka segalanya untuk mbak.” Jawabnya

Ku peluk kedua kakakku.” Da apa tho dik”tanya mas bayu denga raut wajah kawatir
“ tidak apa-apa mas,mbak aku capek..kekamar dulun ya..mas bayu mengejarku tapi di cegah oleh mbak eva.
Kesedihan ini bukan hanya miliku tapi milik kami..tak adil kalau aku menambah benam mereka.
Di dalam kamar..ku buka album foto keluarga. Kulihat dengan cermat satu per satu foto itu, imajiku berjalan kebelakang. Seolah baru kemarin foto-foto itu diambil. Berat rasanya menerima kenyataan ini. Setiap kali kulihat foto ibu jantungku berbegup kencang
Ibu ku hanya wanita dusun biasa ia bekerja sebagai pedagang di pasar tradisional tapi kasih sayangnya mengantarku pada rasa syukur karna terlahir jadi anaknya, aku menyesal kenapa dulu aku begitu manja, sekarang saat aku belum sempat membahagiakanya beliau lebuih dulu meninggalkanku.
Ku buka lagi album itu, ada foto bapak yang menggendongku.kata mbak eva foto itu diambil saat acara ulang tahun pertamaku.aku ingin melihat senyum itu lagi.. bahkan jika tiap pagi aku harus dimarahi bapak karena lupa memberi makan ayam, atau sekedar lupa membuatkannya kopi aku rela asalkan mereka kembali. Aku sadar itu tidak mungkin.
“ bapak, ibu...tasya sayang sama bapak, maafkan tsya yang kadang bandel dan selalu merepotkan kalian. Tasya janji..mulai hari ini tasya akan jadi anak yang lebih baik, tasya harap disana bapak dan ibu baik-baik saja...dan terus menjadi semangat untuk tasya...” ku peluk erat album itu hingga ku tertidur.
#####

Pagi-pagi aku sudah bangun..bergegas ku bersiap ke sekolah.mas bayu dan mbak eva tak berani bertanya mereka membiarka aku melakukan yang ku maug.mereka menyibukan diri masing-masing.tapi ketika aku pamitan mas bayu memaksa mengantar, katanya ia belum tega kalau harus membiarkanku berangkan sendirian.
“ kamu yakin mau sekolah hari ini’ tanyanya ketika sampai di depan gerbang sekolah.
“ pasti..mas ga usah kawtir” jawabku sambil tersenyum
“ baik lah, hati-hati janngan lupa makan siang tadi mbak mu sudak menyiapkan bekal di tas mu dik.” Kata mas bayu sambil menyalakan mesin motor
ternyata husada 17 belum berubah pohon besar di samping lapangan itu masih ada bahkan tampak lebih rimbun mungkin pak min belum memangkasnya, anak –anak juga masih berlarian ketika bel masuk berdering...Tuhan ternyata aku rindu saat-saat itu” pikirku dalam hati.
Ini hari pertamaku ke sekolah lagi.aku kembali ketempat yang membuat hidupku berwarna. Hari ini terasa berbeda,serasa aku jadi pusat perhatian, kulihat bian berdiri di di sana ia pasti memunggu ku untuk masuk kelas. apalagi setelah aku teriakan sebuah kalimat ” BIRU ITU AKU”
semua memandangku dengen pandangan aneh.ada beberapa siswa yang berbisik-bisik ada juga yang memandang dengan iba..ku alihkan pandanganku..ku cari sosok itu.. ya bian yang kucari

Ku lihat bian tersenyum dari sudut lapangan. Dia menghampiriku dan lirih berkata..” ternyata kamu tak selemah yang kubayangkan”...
“ ini karna kamu bi..” jawabku tegas sambil berlalu menuju kelas.
Hari berlalu lambat bahkan terasa sangat pelan, semua orang memperlakukanku bak porselen mahal yang harus dijaga tapi diam-diam aku mulai menikmatinya, akupun mulai bangun dari keterpurukanku karna aku ingi bapak dan ibu disana bangga melihatku.

Sore menjelang..ini seratus hari ibu dan bapak meninggal kan kami, aku, mas bayu dan mbak eva ziarah kemakam. Setelah membersihkan rumput yang tumbuh disekeliling makam kemudian berdoa, sejenak kupandangi kedua makam itu...air mata ku berlinang lirih ku berkata “ bapak, ibu tasya kangen..”. kedua kakakku memelukku beberapa lama. Suasana sore itu trasa dingin, tapi sejujurnya hatiku terasa sedikit demi sedikit menjadi hangat karena kini aku mulai mengiklaskan yang terjadi.

“ TUHAN PERNAH MENGANGKATKU TINGGI KELANGIT, TUHAN JUGA PERNAH MENJATUHKANKU DALAM..... HINGGA AKU TERJEREMBAB LARA..APA YANG TERJADI JIKA HARI INI AKU MENYERAH,AKU TAK KAN PERNAH TAU BAGAIMANA ESOK.
KARENA ITU AKU INGIN SEPERTI LANGIT DAN LAUT YANG TETAP BIRU....UNTUK HARI INI, ESOK DAN SETERUSNYA”

0 komentar:

Posting Komentar

mp3

Free Music Online
Free Music Online

free music at divine-music.info